Jumat, 25 Mei 2012

ANALISA KREDIT

Tujuan utama analisis permohonan kredit adalah untuk memperoleh keyakinan apakah nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan memenuhi kewajibannya kepada bank secara tertib, baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya, sesuai dengan kesepakatan dengan bank. Ataupun Tujuan dari adanya analisis kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelesaian kredit nasabah, terlebih dahulu harus terpenuhinya Prinsip 6 C’s Analysis, yaitu sebagai berikut: 1. Character Character adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain: • Meneliti riwayat hidup calon nasabah; • Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya; • Meminta bank to bank information (Sistem Informasi Debitur); • Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon nasabah berada; • Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi; • Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya-foya. 2. Capital Capital adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan kredit. Modal sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tangung jawab nasabah dalam menjalankan usahanya karena ikut menanngung resiko terhadap gagalnya usaha. Dalam praktik, kemampuan capital ini dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self-financing, yang sebaiknya jumlahnya lebih besar daripada kredit yang dimintakan kepada bank. 3. Capacity Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi utang-utangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya. • Pengukuran capacity tersebut dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan berikut ini: • Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu. • Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para pengurus • Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank. • Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaan. • Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan calon nasabah mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan , administrasi dan keuangan, industrial relation sampai pada kemampuan merebut pasar. 4. Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan tetapi juga collateral yang tidak berwujud seperti jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of comfort, rekomendasi dan avalis. 5. Condition of Economy Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik , sosial, ekonomi , budaya yeng mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur. Untuk mendapat gambaran mengenai hal tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal antara lain: • Keadaan konjungtur • Peraturan-peraturan pemerintah • Situasi, politik dan perekonomian dunia • Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran 6. Constraint Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bata. Selama proses kegiatan analisis kredit, account officer, yang ditugaskan menilai mutu permintaan kredit, akan mengevaluasi enam faktor yang mempengaruhi kemampuan dan kesediaan debitur melunasi kredit. Keenam faktor itu adalah: • Wewenang untuk meminjam • Watak (character) calon debitur • Kemampuan mereka menghasilkan pendapatan/laba • Kondisi fasilitas produksi yang mereka mili • Jaminan kredit yang disediakan • Prospek perkembangan ekonomi dan bidang usaha bisnis mereka

Jumat, 13 April 2012

Analisis Perubahan Pendapatan

Analisis Perubahan Pendapatan

PENGERTIAN PENDAPATAN
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi (selama periode) yang timbul dalam rangka kegiatan usaha dari suatu badan bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan meningkatkan kontribusi dari ekuitas peserta. (IAS 18,7).
Pendapatan harus diukur pada nilai wajar dengan pertimbangan diterimanya piutang.(IAS 18,9)

Pengakuan PendapatanPencatatan jumlah rupiah pendapatan secara formal ke dalam sistem pembukuan sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statement keuangan.

SUMBER PENDAPATAN :
1. Transaksi modal atau pendanaan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang obligasi dan pemegang saham.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa produk perusahaan seperti aktiva tetap, surat berharga atau penjualan anak/cabang perusahaan.
3. hadiah , sumbangan atau penemuan
4. revaluasi aktiva
5. penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran hasil penjualan produk

Proses terbentuk dan terealisasinya pendapatan :
1. EARNING PROCESS (proses pembentukan pendapatan) = konsep terjadinya pendapatan .Pendapatan dianggap terbentuk bersamaan dengan seluruh proses berlangsungnya operasi perusahaan (produksi, penjualan dan pengumpulan piutang).
2. REALIZATION PROCESS (proses realisasi pendapatan) .Pendapatan dianggap terbentuk setelah produk selesai dikerjakan dan terjual langsung / atas dasar kontrak penjualan.

PENGUKURAN PENDAPATAN
Pendapatan diukur dengan nilai wajar yang dapat diterima, jumlah pendapatan biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli yang diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah discount dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan, umumnya berbentuk kas atau setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Bila barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

KARAKTERISTIK PENDAPATAN :
P&L menyatakan bahwa pendapatan dapat ditinjau dari 2 aspek : FISIK & MONETER
1. Aspek fisik : pendapatan adalah hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba
2. Aspek moneter : pendapatan adalah aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.

Dua konsep penting:
Pembentukan pendapatan (earning of revenue)
Realisasi pendapatan (realization of revenue)

Saat Pengakuan Pendapatan
Berbagai gagasan:
Saat kontrak penjualan disepakati
Selama proses produksi secara bertahap
Saat produksi selesai
Saat penjualan
Saat kas terkumpul

A. Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu komoditi pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan :
Harga barang yang bersangkutan (Px)
Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
Tingkat pendapatan (I)
Selera / kebiasaan (T)
Jumlah penduduk (Pen)
Perkiraan harga komoditi yang bersangkutan dimasa mendatang (Pxe)
Distribusi pendapatan (Dist)
Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan (Prom)

Hukum permintaan
Permintaan suatu barang akan meningkat jika harga barang tersebut turun dan permintaan barang akan turun jika harga barang tersebut naik, ceterisparibus.
(Ceterisparibus berarti faktor selain harga komoditi yang bersangkutan dipertahankan konstan / tidak berubah)

Kasus – kasus pergeseran kurva permintaan
Berubahnya harga komoditi substitusi
Berubahnya harga komoditi komplemen
Berubahnya pendapatan masyarakat
Berubahnya selera
Berubahnya jumlah penduduk
perkiraan harga X dimasa mendatang
Upaya produsen meningkatkan penjualan

B. Penawaran (Supply-Sx)
Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran :
Harga barang yang bersangkutan (Px)
Harga barang lain yang terkait (substitusi / komplemen / Pz)
Harga faktor produksi (Pi)
Biaya produksi (Bp)
Teknologi (Ti)
Jumlah pedagang (Jp)
Tujuan perusahaan (Tp)
Kebijakan pemerintah (Kp)

Kasus perubahan penawaran (pergeseran kurva penawaran):
Biaya produksi naik (jumlah penawaran berkurang dan kurva penawaran bergeser ke kiri)
Diskusikan di kelas untuk kasus:
Harga barang substitusi naik
Terdapat kemajuan teknologi produksi
Harga bahan baku naik
Harga barang komplemen turun

Keseimbangan pasar (market equilibrium):
Keseimbangan pasar adalah suatu kondisi dimana ditandai dengan tidak terjadinya kelebihan penawaran (excess suplly) karena harga terlalu tinggi atau kelebihan permintaan (excess demand) karena harga terlalu rendah
Secara matematik, QSx = QDx
Secara grafis terjadi pada titik potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran

Senin, 02 April 2012

Break Even Point

Break Even Point
1. Pengertian Break Even Point
Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas, termasuk organisasi yang kecil dan besar. Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :
1. Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.
2. Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.
Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.
Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga langkah sebagai berikut, yaitu :
1.Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.
2.Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.
3.Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.
Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.
Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :
1.Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).
2.Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.
3. Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak menderita rugi.
1.Menurut Purba (2002) Titik impas (break even) berlandaskan pada pernyataan sedarhana, berapa besarnya unit produksi yang harus dijual untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut.
2.Menurut PS. Djarwanto (2002) Break even point adalah suatu keadaan impas yaitu apabila telah disusun perhitungan laba dan rugi suatu periode tertentu, perusahaan tersebut tidak mendapat keuntungan dan sebaliknya tidak menderita kerugian.
3.Menurut Harahap (2004) Break even point berarti suatu keadaan dimana perusahaan tidak mengalami laba dan juga tidak mengalami rugi artinya seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutupi oleh penghasilan penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba tidak ada rugi.
4.Menurut Garrison dan Noreen (2004) Break even point adalah tingkat penjualan yang diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional, dimana break even tersebut laba sebelum bunga dan pajak sama dengan nol (0). Langkah pertama untuk menentukan break even adalah membagi harga pokok penjualan (HPP) dan biaya operasi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah penjualan dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak, misalnya sewa gudang. Sedangkan biaya variabel tergantung langsung dengan penjualan, bukan fungsi dari waktu, misalnya biaya angkut barang.
Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan, sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi.
Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.
Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break Even Point.
2. Kegunaan Break Even Point
Diatas telah dikemukakan bahwa analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
1.Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
2.Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.
3.Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
4.Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.
5.Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
6.Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).
Analisa break even point juga dapat digunakan oleh pihak menejemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
1.Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
3.Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian.
4.Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh.
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk :
1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biaya tetap.
2. Menelaah impak dari perluasan tingkat operasi secara umum.
3. Untuk membuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.
Menurut Harahap (2004) Dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui :
1. Hubungan antara penjualan biaya dan laba.
2. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel.
3. Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi.
4. Untuk mengetahui hubungan antara cost, volume, harga dan laba.
Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3. Kelemahan Analisa Break Even Point.
Sekalipun Analisa break even ini banyak digunakan oleh perusahaan, tetapi tidak dapat dilupakan bahwa analisa ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan utama dari analisa break even point ini antara lain : asumsi tentang linearity, kliasifikasi cost dan penggunaannya terbatas untuk jangka waktu yang pendek. (Soehardi,2004).
3.1 Asumsi tentang linearity
Pada umumnya baik harga jual per unit maupun variabel cost per unit, tidaklah berdiri sendiri terlepas dari volume penjualan. Dengan perkataan lain, tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan harga jual per unit. Hal ini tentu saja akan menyebabkan garis renevue tidak akan lurus, melainkan melengkung. Disamping itu variabel operating cost per unit juga akan bertambah besar dengan meningkatkan volume penjualan mendekati kapasitas penuh. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunnya efesiensi tenaga kerja atau bertambah besarnya upah lembur.
3.2 Klasifikasi biaya
Kelemahan kedua dari analisa break even point adalah kesulitan di dalam mengklasifikasikan biaya karena adanya semi variabel cost dimana biaya ini tetap sampai dengan tingkat tertentu dan kemudian berubah-ubah setelah melewati titik tersebut.
3.3 Jangka waktu penggunaan
Kelemahan lain dari analisa break even point adalah jangka waktu penerapanya yang terbatas, biasanya hanya digunakan di dalam pembuatan proyeksi operasi selama setahun. Apabila perusahaan mengeluarkan biaya-biaya untuk advertensi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasil dari pengeluaran tersebut (tambahan investasi) tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat sedangkan operating cost sudah meningkat, maka sebagai akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai menurut analisa break even point agar dapat menutup semua biaya-biaya operasi yang bertambah besar juga.
Berikut adalah gambar BEP :

Sabtu, 17 Maret 2012

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA

Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Laporan Keuangan
Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan selama satu periode. Selain itu, laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Menurut S. Munawir (2007:5) dalam buku analisa laporan keuangan menyebutkan “Laporan Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari Neraca dan perhitungan Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal Kerja, dimana Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan Laba Rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Sedangkan menurut Djarwanto (2005:1) “Laporan keuangan menggambarkan informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak-pihak yang ada dalam perusahaan, maupun pihak-pihak yang berada di luar perusahaan”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah alat penyedia informasi keuangan suatu perusahaan sebagai hasil ringkasan kegiatan dari suatu proses pencatatan transaksi keuangan yang terjadi selama periode akuntansi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

Susunan Laporan Keuangan
Neraca
1. Pengertian neraca neraca (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain, aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Jadi, Neraca menggambarkan posisi keuangan dari suatu kesatuan usaha yang merupakan keseimbangan antara aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal (equity) pada suatu tanggal tertentu. Bila disusun dalam bentuk persamaan akan nampak bahwa :
Aktiva = Utang + Modal
1.Aktiva Lancar (Current asset)
Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau diuangkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal)
Yang termasuk kelompok aktiva lancar adalah :

a. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
b. Piutang usaha (Account Receivable) adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit
c. Surat berharga merupakan investasi jangka pendek untuk pemanfaatan dana yang tidak digunakan dan sifatnya dapat diperjual-belikan dengan segera
d. Persediaan Barang Dagang (Merchandise Inventory) adalah persediaan barang yang siap untuk dijual.
e. Biaya dibayar dimuka, yaitu Biaya yang manfaatnya akan dinikmatidi masa yang akan datang dan akan menjadi biaya habis dikomsumsi dalam jangka pendek.

2. Aktiva Tidak Lancar
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan)
Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah :

a. Investasi jangka panjang bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi dari yang dibutuhkan, maka perusahaan ini dapat menanamkan modalnya dalam investasi jangka panjang diluar usaha pokoknya
b. Aktiva tetap, yaitu kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya bisa dilihat dan dimiliki oleh perusahaan serta dapat digunakan dalam operasi yang bersifat permanen
c. Aktiva tetap tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan
d. Aktiva lain-lain adalah kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya

2. Kewajiban atau Hutang (Liabilities atau Pasiva)
Kewajiban atau hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang timbul dari transaksi yang terjadi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Pada umumnya hutang dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1.Hutang lancar (Current Liabilities)
Hutang lancar atau Hutang jangka pendek adalah hutang yang harus dilunasi dalam waktu tidak lebih dari satu tahun atau satu siklus normal operasi perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Yang termasuk kelompok hutang lancar adalah :

a. Hutang dagang / usaha, yaitu hutang-hutang yang timbul karena adanya pembelian barang-barang dagangan secara kredit.
b. Hutang wesel, yaitu hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan penbayarab sejumlah tertentu di masa yang akan datang.
c. Hutang pajak, menunjukkan jumlah hutang perusahaan kepada lembaga pemerintah pemungut pajak.
d. Biaya yang masih harus dibayar, biaya-biaya yang telah terjadi tetapi belum dilakukan pembayaran.
e. Penghasilan diterima dimuka adalah penerimaan uang untuk penjualan barang atau jasa yang belum direalisasi

2.Hutang Jangka Panjang (Long Term Debt)
Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca. Hutang jangka panjang antara lain adalah:

(a) Hutang obligasi
(b) Hutang hipotek, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tertentu.
(c) Pinjaman jangka panjang lainnya

3 Modal
Ekuitas adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ekuitas terdiri dari setoran pemilik, sisa laba yang ditahan dan lain-lain.

Laporan Laba Rugi
Pengertian laporan laba rugi adalah suatu laporan yang memberikan gambaran ringkas dan disusun secara sistematis mengenai penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang menjadi tanggungan perusahaan dalam menjalankan usahanya, sehingga diketahui laba yang diperoleh/rugi yang diderita perusahaan selama periode tertentu.

Pengertian Modal Kerja dan Macam-macam Modal Kerja
Definisi Modal Kerja

Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasi sehari-hari, misalnya untuk membeli bahan mentah, gaji pegawai, upah, dan lain sebagainya. Pada intinya setiap perusahaan akan selalu membutuhkan modal kerja dalam menjalankan seluruh kegiatan operasional didalam perusahaan tersebut.

Dana yang telah dikeluarkan itu (modal kerja) diharapkan oleh setiap penanam modal (investor) akan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek atau dalam jangka waktu panjang.

Dana yang telah dikeluarkan ini akan kembali ke dalam perusahaan melalui penjualan hasil produksinya (perusahaan dagang) atau jasa ditambah keuntungan yang maksimal.
Modal kerja itu sendiri adalah sejumlah dana yang terikat dalam unsur-unsur aktiva lancar dan pada umumnya akan berputar dalam periode tertentu dan diharapkan akan kembali dalam periode tertentu juga.

Adapun modal kerja yang cukup akan memudahkan perusahaan dalam menjalankan seluruh kegiatan didalam perusahaannya, sehingga tidak akan mengalami kesulitan dalam menjalankan kegiatan operasi usaha dan menutupi seluruh pengeluaran atas biaya-biaya yang timbul karena adanya operasi usaha tersebut.

Tetapi apabila modal kerjanya berlebihan maka akan mengakibatkan sebagian dana yang ada atau yang tersedia tidak produktif lagi. Apabila seperti ini terjadi maka akan mengurangi atau memperkecil kesempatan perusahaan tersebut untuk memperoleh laba yang maksimal
Karena kelebihan modal kerja akan menimbulkan pemborosan, investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan dan dapat mengalami kerugian dari bunga bank karena saldo bank yang tidak dipergunakan, apabila perusahaan tersebut mendapatkan modal kerja dengan jalan meminjam dari bank. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimilki perusahaan atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus disediakan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari. ”Modal Kerja adalah suatu investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), Piutang Dagang dan Persediaan”. (Houston & Brigham, 2006; 131).

“Modal Kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap jangka pendek” (Djarwanto, 2005; 87).
Dari kedua definisi di atas, menunjukan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan dan yang dipergunakan juga untuk operasi perusahaan tersebut. Di bawah ini diterangkan tiga konsep dasar atau definisi dari modal kerja menurut (S. Munawir, 2007, 114-116) yaitu

a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai kebutuhan operasional yang bersifat rutin atau menunjukkkan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, sehingga dengan modal yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.

b Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun jumlah aktiva lancar dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya jumlah aktiva lancar yang lebih besar daripada jumlah hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin aktiva lancarnya.

c. Konsep Fungsional
Konsep ini menitik beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan, pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya : Bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut.

Untuk tahun ini sebagian aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar yang bukan merupakan modal kerja misalnya dalam piutang dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Dalam piutang tersebut, terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok barang yang dijual dan laba yang didapat dari penjualan barang tersebut.

Harga pokok dari barang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja, sedangkan keuntungan yang didapat bukanlah merupakan unsur modal kerja, tetapi merupakan modal kerja yang potensial. (S. Munawir, 2007, 114-116)

Pentingnya Modal Kerja
Lebih dari separuh dari total aktiva perusahaan merupakan aktiva lancar. Sebagian dari investasi yang besar dan mudah diuangkan, maka aktiva lancar memerlukan perhatian yang besar dan seksama dari manager keuangan. Karena bagaimanapun aktiva lancar mempunyai pengaruh yang besar dalam menjalankan bisnis. Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran operasi sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan juga akan memberikan beberapa keuntungan lain.
Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuamgan (2007:116-117), sebagai berikut:

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya.
e. Memungkinkan bagi para pengusaha untuk memberi syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi para pelanggannya.
f. Memungkinkan bagi para perusahan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau pun jasa yang dibutuhkan.

Macam-macam Modal Kerja
Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menurut Bambang Riyanto, dalam bukunya Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan tahun 2001 sebagai berikut :

a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan atau dengan kata lain jumlah modal kerja itu harus tetap ada agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan modal kerja tersebut secara terus menerus selalu diperlukan untuk kelancaran usaha dalam suatu periode akuntansi.

Modal Kerja Permanen terbagi menjadi 2, yaitu:

1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya.

2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja yang digunakan untuk dapat menyelenggarakan luas produksi yang normal. Normal disini mempunyai pengertian yang fleksibel menurut kondisi perusahaannya. Apabila suatu perusahaan misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya mempunyai produksi 1000 unit. Apabila kemudian ternyata 4 atau 5 bulan berikutnya luas produksi rata-rata per bulannya 2000 unit, maka luas produksi normalnya disinipun berubah menjadi 2000 unit.

b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang berubah-ubah sesuai dengan perolehan keadaan dalam suatu periode. Modal Kerja ini dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan musim.
2) Modal Kerja Siklus (Cylical Working Capital)
Yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi kontinyunitas produk.
3) Modal Kerja Darurta (Emergency Working Capital)
Yaitu modal kerja yang besarnya brubah-ubah dan penyebabnya tidak diketahui sebelumnya (misalnya kebakaran, banjir, gempa bumi, buruh mogok, huru-hara dan sebagainya) (Bambang Riyanto, 2001 : 61).

Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Sumber-sumber Modal Kerja

Menurut Djarwanto (2005:95), pada umumnya sumber-sumber modal kerja berasal dari :

a. Pendapatan Bersih
Surat-surat berharga yang merupakan salah satu pos aktiva lancar dapat dijual dan dari penjualan tersebut akan timbul kentungan. Penjualan surat berharga ini akan menyebabkan perubahan pos aktiva lancar dari pos-pos “surat-surat berharga” menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan ini merupakan sumber dari modal kerja.

b. Penjualan Aktiva Tidak Lancar
Hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan merupakan sumber lain yang menambah modal kerja. Perubahan aktiva tidak lancar tersebut menjadi kas akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih penjualan aktiva tidak lancar tersebut.

c. Penjualan Saham atau Obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta pada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya.

d. Dana Pinjaman dari Bank
Dana pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membiayai kebutuhan modal kerja musiman siklus, darurat dan lain-lain

e. Kredit dari suplier
Material barang-barang, supplies dapat dibeli atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran piutang sebelum waktu hutang dilunasi, perusahaan tersebut memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
Sumber-sumber modal kerja dapat ditambah apabila :

1) Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2) Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
3) Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotik atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
2.3.2 Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Penggunaan aktiva lancar yang dapat mengakibatkan menurunnya modal kerja, menurut (S. Munawir, 2007:125-127) adalah sebagai berikut

a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos perusahaan.
b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahan karena adanya penjualan surat berharga atau efek.
c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu dalam jangka panjang.
d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva lancar lainnya.
e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
f. Pengambilan uang atau barang dagang oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan laporan sumber-sumber penggunaan dana dalam arti modal kerja adalah :
a. Menyusun laporan modal kerja
b. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current accounts antara 2 titik waktu tersebut, kedalam golongan yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang memperkecil modal kerja.
c. Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan perubahannya merupakan efek memperbesar modal kerja dan golongan kerja yang memperkecil modal kerja.
Berdasarkan informasi tersebut dapatlah disusun sumber-sumber dan penggunaan modal kerja.

Pengukuran efektivitas modal kerja
Di dalam mengadakan interprestasi, dan analisa efektifitas modal kerja suatu pekerjaan, seorang analisis keuangan memerlukan suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan rasio adalah merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolute, untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan financial.

Menurut Djarwanto (2005:146) macam-macam rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, maupun pada dasarnya angka-angka rasio yang ada dapat digolongkan kedalam kedua kelompok yaitu :

a. Rasio yang berdasarkan sumber data keuangan

1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio)
Yang tergolong didalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio
2) Rasio-rasio laporan laba – rugi yang dalam penyusunan semua datanya diambil dari laporan laba – rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio.
3) Rasio-rasio antar laporan (inter statement)
Yaitu semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dari data lainnya dari laporan laba – rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran piutang (account receivable turnover), sales to inventory, sales to fixed asset.

b. Angka-angka rasio keuangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut

1) Rasio Likuiditas digunakan perusahaan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
2) Rasio Leverage mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang serta menilai sampai sejauh mana sumber pembiayaan perusahaan berasal dari pinjaman.
3) Rasio Aktifitas mengevaluasi kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan harta yang dimilikinya.
4) Rasio Profitabilitas mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Oleh karena itu berdasarkan tujuan dari penganalisaan dalam penulisan ini maka disini hanya akan diterangkan mengenai rasio profitabilitas. Ratio ini sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efektifitas modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
Selain itu juga penting bagi kredit jangka panjang dan para pemegang saham yang ingin mengetahui prospek pembayaran bunga dan deviden di masa yang akan datang.
Untuk mengetahui semua itu perlu angka-angka rasio yang ada hubungannya dengan modal kerja, serta hasil yang ingin dicapai sebagai akibat dari penggunaan modal kerja tersebut. Rasio yang berhubungan erat dengan modal kerja dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan

Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan, tapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Sifat umum atau tipe perusahaan mempunyai perbedaan kebutuhan modal kerja, misalnya antara perusahaan jasa dengan perusahaan industri ataupun perusahaan perdagangan. Perusahaan dalam bidang industri relatif membutuhkan modal kerja yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan di bidang jasa ataupun perdagangan, karena dalam produksi barang membutuhkan investasi bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi untuk menjamin seluruh kelancaran-kelancaran penjualan. Sedangkan pada perusahaan dagang kebutuhan modal kerja relatif kecil karena hanya memerlukan persediaan barang jadi. Sama halnya dengan perusahaan jasa yang hanya membutuhkan modal kerja relatif karena investasi yang diperlukan dalam persediaan dan investasi dalam piutang pencairannya untuk menjadi kas relatif cepat.

2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut dijual. makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Di samping itu harga beli per unit barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga beli per unit barang yang akan dijual akan semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
Jika syarat kredit diterima perusahaan pada waktu pembelian menguntungkan, berarti makin sedikit uang kas yang harus diivestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan, demikian pula sebaliknya. Di samping itu modal kerja yang di pengaruhi oleh syarat penjual barang, dimana semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Dan untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan resiko piutang tak tertagih perusahaan biasanya memberikan potongan tunai.

3. Tingkat Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) menunjukkan bahwa berapa kali persedian tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang diinvestasikan dalam persediaan akan semakin rendah.
Semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan piutang.

4. Tingkat Perputaran Piutang
Besarnya modal kerja yang dibutuhkan juga tergantung dari lamanya waktu yang diperlukan untuk menjadikan piutang menjadi uang kas. Waktu penarikan yang lebih singkat akan memperkecil modal kerja yang ditanamkan pada piutang tersebut.

5. Pengaruh Konjungtor
Pada periode makmur aktifitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang yang lebih banyak karena harga yang masih rendah. Dengan meningkatnya persediaan maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan akan semakin banyak. Tetapi pada periode depresi, perusahaan berusaha secepatnya menjual barang-barangnya dan menagih pembayaran atas piutang-piutangnya kemudian uang yang diperoleh dimanfaatkan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi hutang-hutang atau menutup kerugian.

6. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Resiko kerugian yang semakin besar sebagai akibat menurunnya nilai dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menyebabkan semakin besar pula jumlah modal kerja yang dibutuhkan untuk membayar harga dan melunasi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang yang sudah jatuh tempo.
7. Pengaruh Musim
Perusahaan yang penjualannya dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah modal kerja yang maksimum untuk periode relatif pendek. Modal kerja dalam bentuk persedian barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelaskan puncak penjualannya.

8. Kredit Rating dari Perusahaan
Jumlah modal kerja baik kas maupun surat-surat berharga yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.
Penyediaan uang kas ini tergantung pada empat hal yaitu:

a. Credit ranting dari suatu perusahaan (yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam meminjam uang untuk keperluan kas dalam jangka pendek).
b. Perputaran persediaan
c. Perputaran Piutang
d. Kesempatan memperoleh potongan harga dalam pembelian

Profitabilitas Perusahaan

Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain menurut Drs Abdul Halim (2007:157) profitabilitas adalah sebagai berikut :

“Mengukur sampai seberapa besar efektifitas manajemen dalam mengelola asset dan equity yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba”.

Pengertian Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan, rasio yang terdahulu (likuiditas, leverage dan aktivitas) menyajikan beberapa hal yang menarik tentang cara-cara perusahaan beroperasi. Tetapi rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan”. Dan menurut Houston & Brigham ( 2006;107) adalah: Hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan perusahaan”.

Sedangkan menurut Darsono, (2007:55) mengatakan bahwa pengertian dari profitabilitas adalah “Kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih”. Jadi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dalam pendapat mengenai pengertian profitabilitas, hanya saja pendapat itu saling melengkapi sehingga benar-benar diakui bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang maksimal.

Dari definisi ini sudah terlihat jelas bahwa sasaran yang akan dicapai adalah laba perusahaan, sebab dari laba inilah kita mengetahui berapa besar kemampuan modal yang kita miliki. Dan untuk mengetahui apakah modal yang telah dikeluarkan telah mencapai hasil yang maksimal dan apakah keuntungan telah sesuai dengan yang diharapkan.

Arti Pentingnya Profitabilitas

Profitabilitas yang digunakan sebagai Kriteria penilaian hasil operasi perusahaan mempunyai tujuan pokok dan dapat dipakai sebagai:

a. Profitabilitas dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai sukses suatu perusahaan dalam hal kapabilitas dan motivasi dari manajemen.
b. Suatu alat membuat proyeksi laba perusahaan karena menggambarkan kolerasi antara laba dan jumlah modal yang ditanamkan.
c. Suatu alat pengendalian bagi manajemen

Profitabilitas dapat dimanfaatkan oleh pihak internal untuk menyusun target, budget, koordinasi, evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan pasar pengambilan keputusan penanaman modal.

Ratio-ratio Profitabilitas
Jenis-jenis Ratio profitabilitas adalah :

a. Gross Profit Margin
Yaitu perbandingan antara laba kotor dengan penjualan, dimana perbandingan tersebut dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba.

b. Net Profit Margin
Yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dan penjualan yang dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan.

c. Operating Profit Margin (OPM)
Yaitu perbandingan Laba operasi perusahaan dengan penjualan yang dimiliki perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi ratio berarti semakin baik perusahaan.

d. Earning Power of Total investment
Rasio diatas adalah perbandingan antara Laba sebelum pajak dengan total aktiva yang dinyatakan dalam persentase dan bertujuan untuk melihat profitabilitas secara keseluruhan serta efisiensi manajemen suatu perusahaan.

e. Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah rasio dimana membandingkan antara laba bersih dengan modal, dimana disajikan dengan persentase. Equity disini adalah terdiri modal disetor, cadangan dan laba ditahan.

f. Return On Investment (ROI)
ROI adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan seberapa perkiraan laba yang dapat diperoleh dengan investasi yang telah ditanam.

g. Return On Asset (ROA)
ROA adalah rasio yang lazim digunakan, yaitu membandingkan seberapa perkiraan laba bersih yang dapat diperoleh dengan total asset yang ada.

Sabtu, 10 Maret 2012

FLOWCHART KAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Laporan aliran kas adalah laporan yang menyajikan informasi tentang perubahan kas selama satu periode. Termasuk dalam pengertian kas adalah uang tunai yang benar-benar ditangan dan yang disimpan di giro bank, ditambah setara kas. Yang dimaksud dengan setara kas adalah investasi jangka pendek yang sangat likuid, yang segera dapat dikonversikan menjadi sejumlah kas tertentu, dan jatuh temponya begitu singkat sehingga resiko perubahan nilainya tidak signifikan kalau terjadi perubahan tingkat bunga.
Aliran kas dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni :
a. Aktivitas operasi (operating )
b. Aktivitas Investasi ( Investing )
c. Aktivitas Pembelanjaan ( Financing ).

Aktivitas investasi meliputi pemberian dan penagihan pinjaman : pembelian dan penjualan surat tanda utang dan saham perusahaan lain, tanah, gedung pabrik, mesin produksi dan aktivitas lainnya, yakni aktiva yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa.

Aktivitas Pembelanjaan ( pendanaan ) meliputi pemerolehan sumber ekonomi dari pemilik ( pemegang saham ), pemberian deviden atau distribusi lainnya kepada pemilik, dan penarikan kembali saham yang telah beredar.

Aktivitas operasi meliputi seluruh transaksi dan peristiwa lain yang tidak termasuk dalam aktivitas investasi dan pembelanjaan. Aktivitas operasi umumnya mmeliputi pemproduksian dan penyerahan barang atau jasa. Aliran kas dari aktivitas operasi umumnya adalah dampak kas dari transaksi-transaksi dari peristiwa lain yang diperhitungkan dalam penentuan laba bersih.

Aktivitas investasi dan pembelanjaan yang dilaporkan ditubuh laporan aliran kas adalah aktivitas yang melibatkan kas. Aktivitas investasi dan pembelanjaan yang tidak mempengaruhi kas, seperti pembelian aktiva tetap dengan mengeluarkan saham atau obligasi tidak dilaporkan ditubuh laporan aliran kas.




Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061474-klasifikasi-aliran-kas/#ixzz1ohNfxF6G

Jumat, 09 Maret 2012

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas
Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan
selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode
tersebut, modal kerja meliputi seluruh aktiva lancar atau aktiva lancar dikurangi utang lancar.
Dengan demikian, yang di laporkan adalah perubahan aktiva lancar dan utang lancar serta sebab-
sebab perubahan tersebut atau sumber dan penggunaannya. Tekanan yang di berikan dalam
laporan ini adalah perubahan modal kerja atau aktiva lancar dan utang lancar secara keseluruhan
dan tidak akan menunjukan jumlah uang yang telah diterima atau dikeluarkan selama periode
tersebut.
Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas
disusun untuk menunjkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.
Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas,
yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan.
Laporan ini berbeda dengan laporan laba rugi, khususnya yang dalam penyusunannya
menggunakan dasar waktu atau accruals basis, karena laporan perubahan kas merupakan
ringkasan transaksi keuangan yang berhubungan dengan kas tanpa memperhatikan hubungannya
dengan penghasilan yang diperoleh maupun biaya-biaya yang terjadi.
Subjek laporan perubahan kas adalah sumber dan penggunaan kas, sedang subjek laporan
laba rugi adalah penghasilan yang direalisasi atau diperoleh dan biaya yang terjadi tanpa
memperhatikan apakah penghasilan itu sudah diterima uangnya atau belum dan apakah biaya-
biaya itu sudah di bayar per kas atau belum. Kalau dasar yang digunakan dalam menyusun
laporan laba rugi tersebut adalah dasar tunai atau cash basis, dimana penghasilan baru diakui
kalau sudah di terima uangnya dan biaya diakui kalau sudah di bayar tunai per kas, dalam hari ini
laporan laba rugi menunjukan sumber kas yang berasal dari operasi. Perlu diperhatikan bahwa
sumber kas tidak hanya dari operasi tetapi masih banyak sumber penerimaan kas lainnya, begitu
pula penggunaannya tidak hanya untuk membiayai operasi. Oleh karena itu, laporan sumber dan
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 26

penggunaan kas (laporan penggunaan kas) sifatnya atau scopenya lebih luas dari pada laporan
laba rugi baik yang penyusunannya berdasarkan cash basis maupun accruals basis.
Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat di gunakan sebagai dasar dalam menaksir
kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat di
gunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang
akan datang. Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan sumber dan penggunaan
kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan
pinjamannya.
2. Sumber Kas
Kas merupakan ktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal yang paling
tinggi likuiditasnya, berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan
semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi, suatu perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas
tersebut rendah dan mencerninkan adanya over investment dalam kas dan berarti pula perusahaan
kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat
perputaran kas yang tinggi dan keuntungannya yang di peroleh akan lebih besar, tetapi suatu
perusahaan yang hanya mengejar keuntungan (rentabilitas) tanpa memperhatikan likuiditas
akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan dalam menentukan
kelancaran kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik, baik penerimaannya (sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya).
Penerima dan pengeluaran suatu perusahaan ada yang bersifat rutin dan terus-menerus dan ada
pula yang bersifat insidentil atau tidak terus-menerus.
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:
a. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud (intangible assets), atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang
diimbangi dengan penambahan kas.
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik
perusahaan dalam bentuk kas.
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 27

c. Pengeluaran surat tanda bukti utang, baik jangka pendek (wesel) maupun utang jangka
panjang (utang obligasi, utang hipotik, atau utang jangka panjang lain) serta
bertambahnya utang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d. Adanya penurunan atau berkurannya aktiva lancar selain kas yang diimbangi denagn
penerimaan kas pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya
penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek) karena ada penjualan dan
sebagainya.
e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau dividen dari investasinya, sumbangan
ataupun hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-
periode sebelumnya.
f. Keuntunga dari operasi perusahaan, Apabila perusahaan memperoleh keuntungan neto
dari operasinya berarti ada tambahan dana dari perusahaan yang bersangkutan
3. Penggunaan Kas
Adapun penggunaan atau pengeluaran kas dapat di sebabkan oleh adanya transaksi-transaksi
sebagai berikut.
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta
pembelian aktiva tetap lainnya.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengembalian kas perusahaan oleh
pemilik perusahaan.
c. Pelunasan pembayaran angsuran utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.
d. Pembelian barang secara tunai, adanya pembayaran biaya opersi yang meliputi upah dan gaji,
pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi, dan adanya
persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
e. Pengeluaran kas untuk pembayaran dividen (bentuk pembagian laba lainnya secara tunai),
pembayaran pajak, denda-denda, dan sebagainya.
f. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Terjadinya kerugian dalam operasi perusahaan
dalam mengakibatkan berkurangnya kas atau menimbulkan utang yaitu bila diperlukan dana
untuk menutup kerugian tersebut. Timbulnya utang sebenarnya merupakan sumber dana
tetapi dana ini digunakan untuk menutup kerugian tersebut.
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 28

Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagangan maupun jasa bila
dipertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber kas yang berasal
dari operasi (laporan laba rugi dasar tunai). Akan tetapi, pada umumnya perusahaan menyusun
laporan laba rugi dengan menggunakan dasar waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi harus disesuaikan sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai
(cash basis).
4. Laporan Sumber Dan Penggunaan Kas
Penyusunan laporan perubahan kas atau laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan
dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu
yang lama karena harus menggolongkan setiap transaksi kas menurut sumber masing-masing
serta tujuannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analisis yang memungkinkan
memperoleh datanya dengan lengkap dan masih murni. Bagi eksternal analisis, menyusun
laporan sumber dan penggunaan kas dapat dilakukan dengan menganalisis perubahan yang
terjadi dalam laporan keuangan yang diperbandingkan antara dua waktu atau akhir periode serta
informasi-informasi lain yang mendukung terjadinya perubahan tersebut. Dalam menganalisis
perubahan yang terjadi harus diperhatikan kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang
tidak mempengaruhi kas (noncash transaction).
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain sebagai berikut:
a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva tetap,
intangible asset, dan wasting assets. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak
memerlukan pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang
maupun tidak, dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan sudah tidak dapat
di tagih lagi.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan penghentian
dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis disusut dan atau
sudah tidak dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock devidend (dividen dalam bentuk saham), adanya penyisihan atau
pembatasan penggunaan laba, dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap
yang dimiliki oleh perusahaan.
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 29

Terhadap transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan
penyesuainan (dilakukan jurnal adjustment dan reversal journal). Di samping itu juga perlu
diadakan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh akibat dari penggunaan dasar waktu atau
accruals basis accounting (yaitu adanya accrued and deferred revenue and expenses) sehingga
pos atau rekening-rekening yang bersangkutan menunjukan penghasilan (revenue) dan biaya
(expenses) tunai (cash basis accounting).
Penyesuaian-penyesuaian terhadap transaksi yang tidak mempengaruhi kas tidak dimasukan
dalam buku catatan perusahaan tetapi hanya dalam work sheet saja, karna seperti halnya
penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja maka dalam penyusunan laporan
sumber dan penggunaan kas dapat pula di lakukan secara langsung dari laporan keuangan atau
dengan menggunakan bantuan work sheet mapun rekening (T account).
5. Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Laporan Sumber-Sumber Dan Penggunaan
Dana Dalam Aliran Kas.
Dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan kas, dimana dana dalam artian kas
memiliki langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu tertentu dalam
kolom pertama dan kedua.
b. Mendaftar pos-pos laporan laba rugi dari tahun yang diperbandingkan (current year).
c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca, tunjukkan dalam
kolom ”Perubahan” debit dan kredit. Kolom perubahan debit untuk mencatat adanya
kenaikan aktiva, penurunan utang dan modal serta bertambahnya biaya serta
berkurangnya penhasilan. Sedangkan kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva,
kenaikan utang dan modal, bertambahnya penghasilan dan berkurangnya biaya.
d. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca dan pos-pos laba
rugi untuk menentukan adanya perubahan yang tidak mempengaruhi kas.
e. Membuat jurnal penyesuaian dalam lembar kerja tersebut untuk menghilangkan akibat
atau pengaruhtransaksi nonkas yang sudah dicatat dalam periode tersebut.
f. Memindahkan saldo atau perubahan setelah disesuaikan (kecuali perubahan kas) Ke
dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”.
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 30

Penurunan aktiva (selain kas), kenaikan utang, modal dan penghasilan merupakan sumber
kas, sedangkan kenaikan aktiva (selain kas), penurunan utang, modal dan kenaikan biaya
merupakan penggunaan kas. Perubahan kas tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber
dan penggunaan kas karena perubahan kas inilah yang dianalisis, selisih jumlah kolom
sumber kas dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi dalam pos
“Kas”.
g. Untuk penyusunan laporan sumber dan penggunaan kas datanya diambil dari dua kolom
terakhir dari lembar kerja.

ESTIMINASI BUDGET CASH

Budget kas adalah prediksi posisi kas untuk periode tertentu di masa mendatang. Penyusunan budget kas bagi sebuah perusahaan sangatlah penting demi likuiditas. Dengan budget kas akan diketahui kapan perusahaan akan dalam keadaan defisit maupun surplus karena operasinya. Dari prediksi hendak defisit maka perencanaan penutupan defisitnya dapat direncanakan dan dari prediksi surplus maka perencanaan penggunaannya juga direncanakan secara efektif dan efisien. Berpijak dari untuk apa, terasa bagaimana menyusun badget kas adalah mesti disuratkan. Budget kas disusun melalui beberapa tahapan. Tahap pertama, memprediksi penerimaan dan pengeluaran berbasis rencana operasional perusahaan. Tahap kedua, menyusun proyeksi kebutuhan dana atau kredit untuk menutup defisit kas juga disusun proyeksi pembayaran bunga. Transaksi-transaksi pada tahap ini merupakan transaksi finansiil sedangkan pada tahap pertama tidak lain transaksi operasi. Tahap terakhir, proyeksi penerimaan dan pengeluaran pun kembali disusun sehingga menjadi sebuah budget kas yang final condition. Atau dengan kata lain budget kas sebagai kombinasi transaksi operasi dan transaksi finansiil yang mendeskripsikan prediksi penerimaan, pengeluaran kas secara keseluruhan.

Sebelum menyusun budget kas maka terlebih dahulu diketahui pengertian dari cash budget. Berikut beberapa pendapat tentang pengertian cash budget.
Bambang Riyanto (1996 : 97) menyatakan bahwa cash budget adalah estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang akan datang.

Sedangkan menurut Erich a. Helfert (1997 : 128 ) menyatakan bahwa anggaran kas adalah sarana perencanaan bulan demi bulan atau minggu demi minggu yang sangat spesifik, biasanya disusun oleh staf keuangan suatu perusahaan.

M. Munandar (2001 : 311) mengemukakan bahwa cash budget adalah budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu kewaktu selama periode yang akan dating, baik perubahan yang berupa pengeluaran kas, maupun yang berupa penerimaan kas.

Dari ketiga pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cash budget adalah suatu perencanaan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas untuk mengetahui kapan akan terjadi surplus dan deficit untuk suatu periode yang akan datang.

Sumber: http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2063181-pengertian-cash-budget-anggaran-kas/#ixzz1ohBR5AhL

http://id.shvoong.com/business-management/management/1698194-budget-kas/#ixzz1ohAwr1m6

http://id.shvoong.com/business-management/management/1698194-budget-kas/#ixzz1ohAmIThB